::.. Aku Ingin Menikah.... Tapi ???? ..::
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,
baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun
dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Al Qur’an, 36:36)
Menikah adalah sebuah ibadah karena dengan menikah berarti manusia telah menyempurnakan separuh dari agamanya ….
“Barang siapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya.
Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya
lagi. (HR. Thabrani dan Hakim).
Selain menyempurnakan agamannya
dengan menikah akan melindungi dirinya dari kemaksiatan seperti dalam
sebuah hadist menyebutkan:
“Wahai para pemuda! Barangsiapa di
antara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu
lebih mudah menundukkan pandangan dan lebih membentengi farji
(kemaluan). Dan barang siapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa,
karena puasa itu dapat membentengi dirinya. (HSR. Ahmad, Bukhari,
Muslim, Tirmidzi, Nasaiy, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).
Subhannalloh begitu alloh telah memberikan kemudahan bagi hambax yang ingin menyempurnakan pernikahannya.
Tak hanya itu saja dengan menikah akan menjadi sebuah ladang ibadah
bagi yang menjalaninya kenapa tidak ? seorang suami yang bekerja mencari
nafkah untuk keluarganya merupakan ibadah
Dari Abu Hurairah
r.a., ia berkata: Rasulullah SAW, bersabda: “Satu dinar yang kamu
nafkahkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu nafkahkan untuk
memerdekakan budak, satu dinar yang kamu berikan kepada orang miskin dan
satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu, maka yang paling
besar pahalanya yaitu satu dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.”
(HR Muslim, Buku Riyadush Shalihin Bab Memberi nafkah terhadap
keluarga).
Seorang suami lebih utama menafkahkan hartanya
kepada keluarganya daripada kepada yang lain karena beberapa alasan,
diantaranya adalah nafkahnya kepada keluarganya adalah kewajiban dia,
dan nafkah itu akan menimbulkan kecintaan kepadanya.
Dan akan diganti oleh Allah, ini janji Allah.
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan maka Allah akan menggantinya.”
(Saba’: 39).
Tak hanya ladang ibadah bagi suami…. Tapi juga bagi seorang istri, kenapa tidak?
Seorang istri yang bekerja mengerjakan tugas-tugas rumah tangga adalah
sebuah ibadah, mencucikan baju suami adalah ibadah, menyiapkan makan
suami adalah ibadah, mengantarkan suami ke pintu ketika berangkat kerja
adalah ibadah bahkan bermuka manis dg senyuman kala menyambut suaminya
pulang bekerja itupun juga ibadah. Dan begitu banyak faedah n amalan
yang bisa diraih dari sebuah perjalanan pernikahan……
Tapi kenapa ya kok masih banyak yang takut buat menikah ?
Ada berbagai alasan yang mereka beratkan yang menjadikan mereka berfikir dua kali tuk menikah…. Apa itu ya ??
1. Aku kan belum bekerja
Wah inilah alasan utama kadang yang selalu diutarakan penghalang tuk
menikah…ketika kemantapan hati sudah ada n pasangan sudah didepan mata
tapi mau dikata apa pasti akhirnya harus jalan ditempat. " Mau dikasih
makan daun ya ?.. kerja aja belum kok mau menikah ? ya begitulah
ungkapan yg sering kita dengar
Seorang laki-laki memang
merupakan tulang punggung dalam sebuah keluarga. Menghidupi seluruh
anggota keluarga adalah tangging jawabnya. Rasulullah bersabda, yang
artinya, "Bertaqwalah kepada Allahdalam memperlakukan wanita. Sebab kamu
mengambilnya dengan amanat allah dan farjinya menjadi halal bagi kamu
dengan kalimat Allah. (Menjadi) kewajiban kamu untuk memberi rizki dan
pakaiannya dengan cara yang baik." (HR.Muslim)
Dengan demikian,
penghasilan dalam suatu keluarga memang diperlukan. Namun sebenarnya,
tidak berarti belum kerja kemudian tidak boleh menikah. Allah SWT
berfirman, yang artinya, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian
(belum menikah) diantara kamu, dan orang-orang yang layak menikah dari
hamba-hamba sahayamuyang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya.
Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Surat An-Nur
: 32)
Penghasilan bisa dicari setelah menikah. Yang pertama
kali harus dilakukan adalah percaya dan yakin akan janji Allah pada
firman-Nya di atas. Tak sedikit pemuda yang susah mencari kerja sebelum
menikah, tapi setelah menikah ternyata banyak tawaran kerja dan peluang
kerja.
2. Aku kan masih kuliah
Tak jarang keinginan
menikah juga dirasakan oleh pemuda/pemudi yg masih berstatus
mahasiswa/mahasiswi jadi mereka pun berfikir 2 kali tuk melangkah pada
jenjang pernikahan.
Sebenarnya, menikah tidaklah selalu
mengganggu kuliah. Malahan hadirnya pendamping hidup baru bisa menambah
semangat utuk belajar. Bisa jadi, sebelum menikah malas-malasan
belajarnya, ketika sudah menikah malah tambah semangat dan tambah rajin
untuk belajar. Tidak sedikit yang mengalami perubahan demikian, apalagi
secara peraturan akademik seorang mahasiswa sudah diperbolehkan untuk
menikah. Seorang mahasiswa sudah tidak dianggap ABG (Anak Baru Gede)
lagi, tapi AUG (Anak Udah Gede) alias sudah dewasa. Seorang yang sudah
dewasa dianggap sudah bisa bertanggung jawab apa yang menjadi pilihan
hidupnya.
Pusing....? Semoga tidak. Sebenarnya menikah sambil
kuliah bisa disiapkan sejak hari ini, bahkan juga sudah sejak SD. Modal
awalnya adalah manajemen diri sendiri. Ketika seorang sudah sejak dahulu
berlatih untuk hidup mandiri, akan mudah baginya untuk hidup
berkeluarga. Misalnya saja sudah sejak SD bisa mencuci pakaian dan
piring sendiri, mengatur waktu belajar, berorganisasi, dan bermain,
mengatur keuangan sendiri, dan sebagainya. Kesiapan juga bisa diraih
jika seseorang biasa menghadapi dan memecahkan problem hidupnya. Karena
itu perlu organisasi dan bersaudara dengan orang lain, saling mengenal,
memahami orang lain dan membantu kesulitannya.
3. Ah kayaknya belum cocok deh
Mungkin pula sudah lulus, sudah kerja, sudah berusaha cari calon
pasangan tapi merasa belum menemukan pasangan yang cocok, sehingga belum
jadi menikah pula, padahal sudah hampir tidak tahan ! Ini juga
merupakan masalah yang bisa datang dari kedua belah pihak, baik pihak
pemuda maupun pemudi. Kecocokan memang diperlukan. yang jadi
pertimbangan dasar dan awal tetntu saja faktor agama, yaitu aqidah dan
akhlaknya. Allah berfirman, yang artinya :
"Mereka
(perrempuan-perempuan mukmin) tidak halal bagi laki-laki kafir. Dan
laki-laki kafir pun tidak halal bagi mereka." (Al-Mumtahanah : 10)
Rasulullah juga bersabda, "Wanita itu dinikahi karena 4 hal : karena
kecantikannya, karena keturunannya, karena kekayaannya, dan karena
agamanya. Menangkanlah dengan memilih agamanya maka taribat yadaaka
(kembali kepada fitrah atau beruntung)." (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan
lain-lain)
Keadaan yang lain adalah nomor dua setelah
pertimbangan agama. Namun kebanyakan di sinilah ketidakcocokannya. Sudah
dapat yang agamanya bagus tapi kok nggak cocok pekerjaannya, nggak
cocok latar belakang pendidikannya, nggak cocok hobinya, warna matanya
kok begitu, pakai kacamata, kok hidungnya...dan lain-lain.
Kalau mau mencari kekurangan tiap orang pasti punya kekurangan karena
tidak ada manusia yang diciptakan secara sempurna. Sudah cantik, kaya,
keturunan bangsawan, pandai, rajin, keibuan, penyayang, tidak pernah
berbuat salah.
Jadi, jangan hanya melihat kekurangannya saja, tapi
juga perlu melihat kelebihannya. Ketika kekurangan sudah bisa diterima,
kelebihan akan lebih bisa menimbulkan perasaan suka. Karea itu, jangan
sampai sulit nikah karena dibikin sendiri.
4. Kok masih ada keraguan dihati ya
Masalah satu ini juga bisa terjadi pada tiap orang pihak pemuda, pihak
pemudi, baik yang sudah kerja atau yang belum, baik sudah lulus atau
belum. Pertama kali, perlu diselidiki belum mantapnya itu karena apa,
karena tak sedikit yang beralasan belum mantap, ketika ditelusuri
larinya juga menuju ketiga masalah di atas.
Namun ada juga
yang belum mantap karena memang merasa persiapan dirinya kurang baik
ilmu tentang pernikahan, keluarga, dan pernik-pernik di sekitarnya.
Orang seperti ini malah tidak memusingkan masalah ketiga 'belum' di
atas, karena memang dia merasa belum siap dan belum mampu.
Solusinya tidak lain adalah mementapkan dan mempersiapkan diri. Hal ini
bisa ditempuh lewat menuntut ilmu tentang pernikahan, dan keluarga, baik
dengan menghadiri pengajian, yang membahas masalah tersebut atau dengan
membaca buku-buku mengenainya. Penting pula untuk menimba pengalaman
kepada orang yang sudah menikah, karena kadang-kadang buku-buku dan
ceramah ilmiah dan formal tidak membahas masalah praktis yang detail
yang diperlukan agar siap menikah.
5. Gimana Dong nanti kalo ndak bahagia
Wah nie yang susah, belum-belum dah takut ntar bahagia ndak? Dijalani
aja belum dah memvonis duluan . kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dicari
tapi sesuatu yang harus diciptakan. Ketika seseorang telah berkomitmen
tuk menuju jenjang pernikahan maka harus berani menerima apa yang akan
jadi konsekwensix. Tugas kita adalah untuk mencoba bukan untuk berhasil
tapi dibalik mencoba itu kita akan menemukan kesempatan untuk berhasil.
Ya berhasil dalam menjalin sebuah hubungan menuju kebahagiaan dengan
sebuah kunci saling menerima n memahami satu sama lain. Ikhlas atas apa
yang telah Alloh berikan walaupun kadang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan.
Tidak inginkah kita hidup dengan kehidupan
sempurna sebagai seorang manusia dengan didampingi seorang istri
sholehah atau ditemani seorang suami sholeh……..
Tidak inginkah
kita merasakan hidup sakinah dengan ditemani seorang istri penyayang
lagi penurut atau suami penyabar lagi bijaksana….
Tidak inginkah kita bahagia sebagaimana kebahagian seorang suami istri yang menggandeng buah hatinya pergi ke majelis ilmu…..
Tidak inginkah kita bahagia sebagaimana kebahagian keluarga fulan yang bercanda dengan buah hatinya…..
0 komentar:
Posting Komentar